Kamis, 24 Maret 2016

Pengalaman sembuh total dari Hepatitis B


Pertama kali saya mendengar Hepatitis B adalah pada tahun 2010, saat saya masih duduk di SMA. Seorang sahabat saya dipagi yang cerah sebelum pembelajaran dimulai menerima "surat cinta" dari PMI. Ternyata surat ini datang bukan karena tanpa sebab, melainkan sahabat saya itu beberapa pekan sebelumnya melakukan donor darah pada salah satu event donor darah yang diadakan PMI. Dengan tingkat kekepoan yang tinggi, saya melirik sembunyi-sembunyi isi dari surat PMI tersebut dan ternyata dia divonis terpapar virus hepatitis B.

Saat itu pengetahuan saya mengenai Hepatitis B sangatlah kurang. Saya dan sahabat saya bahkan tidak menanggapinya serius dan menganggapnya sebagai kabar biasa, bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan. Saya tetap bergaul dengannya seperti biasa, tidak ada perubahan. Waktu itu saya hanya bilang hepatitis B? What the fu**ing is it? saya sama sekali tidak punya pengetahuan, yang saya tahu hepatitis itu cuma nama lain dari penyakit kuning.

Singkat cerita, 5 tahun setelahnya saya berhasil lolos ke tahap MCU dalam suatu rekrutmen karyawan. Salah satu item yang diperiksa adalah HBsAg. Pada tanggal 2 januari tahun 2016 HRD perusahan menghubungi saya untuk datang ke kantor. Sesampainya disana, beliau menunjukkan resume MCU yang saya lakukan di lab pr*dia. Saya dinyatakan positif mengidap hepatitis B. Saya masih santai mendengar kabar ini, belum terlalu khawatir, karena saya meragukan hasil lab tersebut, saat itu saya merasa dalam kondisi fisik terbaik, tanpa keluhan , tidak ada gejala sema sekali.  Syukurnya, beliau masih memberikan saya kesempatan dengan merujuk saya untuk melakukan tes HBeAg dan Anti-HBeAg.

Setelah pulang dari kantor dengan sigap saya segera mencari referensi mengenai hepatitis B. Berkunjunglah saya disalah satu thread di kas**s, setelah membaca secara lengkap dari halaman pertama sampai terakhir, barulah saya sadar bahwa penyakit ini dinyatakan hampir mustahil sembuh oleh dunia kedokteran dan merupakan salah satu penyakit menular berbahaya. Saya langsung khawatir karenanya, lagipula siapa yang tidak? semua orang pasti khawatir.

Setelahnya saya mencoba berpikir jernih dan menghubungi keluarga terdekat saya, mulai dari orangtua dan kakak saya. Ternyata kakak saya bilang jgn khawatir, ipar kamu juga pernah divonis HBsAg positif pada saat MCU masuk diperusahaan tambang di kaltim, dan berkat ramuan tradional dari saudarinya, ipar saya sembuh (HBsAg menjadi non reaktif) dalam waktu 4 bulan lebih. Dari sinilah dia menyarankan obat herbal yang sama dan mulai saya konsumsi dari tanggal 4 Januari.

Karena ketidaksabaran saya berobat kala itu, dan menganggap bahwa saya sudah sembuh hanya dengan beberapa hari konsumsi, pada tanggal 8 januari saya pergi ke RSUD di kota saya untuk melakukan cek darah lengkap, SGOT, SGPT, dan HBsAg. hasilnya adalah SGOT saya 16 SGPT saya adalah 12, sangat rendah. Dan mengejutkannya HBsAg saya dinyatakan negatif. Tetapi kemudian setelah konsul dengan internistnya, dia menyarankan saya melakukan cek HBsAg ulang di lab pr*dia, karena menurutnya pr*dia sudah tersertifikasi sehingga hasilnya akurat dan terpecaya. Keesokan harinya berangkatlah saya ke pr*dia. Singkat cerita hasilnya keluar 3 hari kemudian. ini memakan waktu lama karena katanya titer HBsAg saya berada di border line, sehingga sampelnya harus diuji di lab pusat pr*dia di Jakarta. Dan hasilnya adalah HBsAg saya dinyatakan reaktif konfirmasi. Luar biasa, dalam selang 1 hari di 2 lab berbeda, muncul pula hasil laborat yang sangat berbeda. Tapi tentunya, saya lebih meyakini hasil dari lab pr*dia. Inilah sebabnya saya sarankan anda cek di lab yang sama, konsisten sebelum dan setelah pengobatan.

Pengobatan kembali saya lanjutkan. Saya mulai menerapkan pola hidup sehat, begadang sy hentikan, makan mie instan saya hentikan, makan junk food saya hentikan, junk drink seperti kopi/soda/minuman bernergi/dll saya hentikan, makanan pedas saya hindari, makanan berminyak dan berlemak saya jauhi. Aktivitas berat saya hentikan (saya resign mengajar), waktu lebih banyak saya gunakan beristirahat, saya mulai konsumsi buah pisang rutin 7 buah perhari (padahal sebelumnya saya hampir tidak pernah makan buah), perbanyak sayur (saya juga kurang familiar), minum air 2L (baru saya terapkan), dan jogging rutin 1.5 KM 3 kali sesi per minggu (sebelumnya tidak pernah). Walaupun ini terasa berat karena bukan merupakan gaya hidup saya, saya lakoni dengan kesungguhan hati dan optimis dalam waktu cepat saya bisa sembuh dr hepatitis B.

Singkat cerita, dengan hanya mengandalkan 1 jenis obat herbal ramuan tradisional tante saya, dan tidak pernah mengkonsumsi obat medis maupun herbal lainnya. Saya tetap merasa optimis dan yakin. Akhirnya pada tanggal 25 Februari saya kembali melakukan cek HBsAg di pr*dia. dan Alhamdulillah, HBsAg saya dinyatakan negatif. jika pada tes pertama hasilnya keluar 3 hari, kali ini hasilnya keluar hanya dalam waktu 2 jam setelah sampel darah saya diambil. Sangat senang rasanya, dan saya bersyukur sekali dinyatakan sembuh total (HBsAg menjadi non reaktif) hanya dalam waktu 50 hari saja dihitung dari pertama kali saya meminum obat herbal.

Akhirnya terjawablah, Apakah hepatitis B Tidak Tersembuhkan? saya sendiri buktinya, saya nyatakan HBsAg BISA MENJADI NON REAKTIF, Hepatitis B BISA DISEMBUHKAN. Asalkan kita memang menginginkannya dengan sungguh2. DISERTAI DENGAN USAHA, KESABARAN, dan DOA.

Sampai saat ini belum terjawab bagaimana saya terkontaminasi oleh Hepa B dan dari siapa. Sangat sulit mengetahuinya secara terukur, karena kebanyakan dari kita jarang melakukan cek HBsAg secara rutin. Termasuk saya, saya juga tidak pernah melakukan donor darah sebelumnya, saya juga tidak pernah menjadi resipien darah. Saya baru tahu setelah MCU masuk kerja, pada tahap ini, tahap yang sangat menentukan buat karir dan masa depan kita, justru banyak orang terhalangi dan baru sadar, bahwa karir mereka bisa terhambat karena penyakit ini. Oleh karena itu, saran saya adalah rajinlah ikut donor darah di PMI 2 kali setahun bagi yang belum terpapar virus ini. Sehingga bisa terpantau secara terukur, dan bisa mencegah lebih awal untuk mengendalikan penyebaran virus ini. Atau bagi yang takut donor darah, bisa melakukan cek HBsAg saja di lab terkemuka secara rutin.

Dibawah ini saya lampirkan bukti laborat saya. parameter lain seperti SGOT, dan SGPT, dll. tidak saya lampirkan, karena fokus utama pengobatan kita adalah HBsAg.

Bagi yang konsultasi dan sebagainya, bisa hubungi saya melalui WA 081343699355

Sebelum minum herbal
Setelah minum herbal



3 komentar:

  1. Boleh tau minum herbal ap y?krn saudara saya jg hbsag positif dan sdh berobat di dokter berbulan2 hampir 1thn namun sampai skrg msh positif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. herbalnya dibuat oleh keluarga saya pak.
      dan saat ini sy jual herbalnya pak.
      add BBM atau WA pak untuk info lebih lengkap.

      Hapus
  2. Saya pengidap hep-b. Mohon bantuan resep obat herbalnya.

    BalasHapus